Oleh : Ust. Mafatih, M.Pd.I
(Ketua Lembaga Mubaligh Al-Khairiyah)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah kali ini, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan para
jamaah sekalian agar kita senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan
ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Pentingnya Ilmu Agama Allah SWT. Berfirman :
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah
Mahateliti apa yang kamu kerjakan.
Setelah kita mengetahui ayat di atas, hendaklah setiap orang lebih
memusatkan perhatiannya untuk berilmu terlebih dahulu daripada beramal.
Semoga dengan mengetahui faedah atau keutamaan ilmu syar’i berikut akan
membuat kita lebih termotivasi dalam hal ini.
Pertama,, seorang yang berilmu adalah cahaya yang banyak dimanfaatkan
manusia untuk urusan agama dan dunia meraka.
Dalilnya, satu hadits yang sangat terkenal bagi kita, kisah seorang laki-laki
dari Bani Israil yang membunuh 99 nyawa. Kemudian dia ingin bertaubat dan dia
bertanya siapakah di antara penduduk bumi yang paling berilmu, maka ditunjukkan
kepadanya seorang ahli ibadah. Kemudian dia bertanya kepada si ahli ibadah,
apakah ada taubat untuknya. Ahli ibadah menganggap bahwa dosanya sudah
sangat besar sehingga dia mengatakan bahwa tidak ada pintu taubat bagi si
pembunuh 99 nyawa. Maka dibunuhlah ahli ibadah sehigga genap 100 orang yang
telah dibunuh oleh laki-laki dari Bani Israil tersebut.
Akhirnya dia masih ingin bertaubat lagi, kemudian dia bertanya siapakah
orang yang paling berilmu, lalu ditunjukkan kepada seorang ulama. Dia bertanya
kepada ulama tersebut, “Apakah masih ada pintu taubat untukku”. Maka ulama
tersebut mengatakan bahwa masih ada pintu taubat untuknya dan tidak ada
satupun yang menghalangi dirinya untuk bertaubat. Kemudian ulama tersebut
menunjukkan kepadanya agar berpindah ke sebuah negeri yang penduduknya
merupakan orang shalih, karena kampungnya merupakan kampung yang dia
tinggal sekarang adalah kampung yang penuh kerusakan. Oleh karena itu, dia pun
keluar meninggalkan kampung halamannya. Di tengah jalan sebelum sampai ke
negeri yang dituju, dia sudah dijemput kematian. (HR. Bukhari dan Muslim). Kisah
ini merupakan kisah yang sangat masyhur. Lihatlah perbedaan ahli ibadah dan ahli
ilmu.
Kedua, Ilmu adalah Warisan Para Nabi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(HR Abu Dawud no. 3641 dan Tirmidzi no. 2682.)
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah
akan memahamkan dia tentang agama" (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No. 1037)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Setiap orang yang Allah
menghendaki kebaikan padanya pasti akan diberi kepahaman dalam masalah
agama. Sedangkan orang yang tidak diberikan kepahaman dalam agama, tentu
Allah tidak menginginkan kebaikan dan bagusnya agama pada dirinya.” 12
Adapun Indikator keberhasilan menuntut Ilmu menurut Imam As-syafi`i adalah :
Artinya: “Syarat mendapatkan ilmu itu ada enam. (Yakni) cerdas (sehat akal), rakus
yaitu rakus dalam menyerap ilmu-ilmu, bersungguh-sungguh, cukupnya modal
(harta, kemampuan, dan usaha yang keras), guru yang mengajarkan, dan waktu
yang lama" (Ta`limul Muta`alim)
Tags
#KHUTBAH