BERPERAN SEBAGAI SALES BAGI ANAK


Sales marketing merupakan dua hal yang memiliki arti dan tak terpisahkan. Sales merupakan aktivitas penjualan produk, sementara marketing merupakan strategi untuk meningkatkan penjualan produk tersebut. Sales marketing merupakan divisi yang bertanggung jawab dalam mencari calon konsumen untuk membeli barang yang diproduksi oleh perusahaan. Barang akan dibeli oleh konsumen dikarenakan peran sales marketing. Calon konsumen yang awalnya tidak berniat membeli barang, namun dengan kepiawaian seorang sales marketing, maka barang tersebut akhirnya dibeli juga.

Seorang sales itu ujung tombak perusahaan. Di otak dan lidah mereka produk-produk suatu usaha ditentukan laris atau tidak. Sebagus apapun suatu produk, tapi salesnya tidak bermutu, produk itu pastinya susah laku. Tapi meski barang biasa saja, di tangan tim marketing yang jempolan, produk itu bisa laris manis.

Sales yang sukses bukan saja mendapatkan gaji rutin bulanan, tapi juga beragam bonus. Tapi nanti dulu, jadi sales yang sukses bukan hanya modal cuap-cuap. Perlu kerja keras dan trik-trik penjualan yang canggih dan mengena di hati calon pembeli. Bagaimana orang yang tidak butuh bisa merasa butuh, yang tak acuh menjadi peduli, dan yang sudah punya produk pesaing bisa jadi goyah lalu berpaling pada produk yang ditawarkan.

Tapi saya tidak akan cerita dunia salesman dan marketing, saya ingin menyampaikan peran orang tua dalam mengajarkan agama pada anak hingga akhirnya agama itu diterima oleh anak. Antara orang tua dan sales ada kemiripan, sama-sama menawarkan produk. Kalau sales menawarkan barang atau jasa, orang tua menawarkan agama sebagai jalan hidup untuk anak-anak.

Faktanya, banyak orangtua yang tidak memahami posisi mereka yang sebenarnya sebagai seorang ‘sales’ agama Allah. Banyak orangtua yang miskin kreasi, tak ada inovasi, tidak simpatik, penuh paksaan saat mengajarkan agama pada anak. Belum lagi mengajarkan dengan ketidaksabaran yang mengakibatkan toxic pada anak. Akhirnya keindahan agama Islam justru menjadi jelek di mata anak-anak. Sebagaimana produk yang bagus jadi ambyar karena perilaku salesnya yang buruk.

Pendidikan agama bagi anak-anak bukan suatu doktrin atau dogma yang dipaksakan. Pengajaran agama harus datang dengan membangun kesadaran untuk kemudian menjadi sebuah kebiasaan yang menyenangkan. Selain juga berlaku punish & reward dalam setiap perbuatan, tapi semua harus berawal dari menciptakan kesadaran pada diri anak.

Misalnya, hukuman berlaku untuk anak usia sepuluh tahun yang malas-malasan shalat, tapi sebelum itu orang tua diperintahkan Nabi SAW untuk mengajarkan arti penting dan tatacara shalat. Bayangkan bila shalat itu harus dijalankan sepenuhnya di bawah ancaman hukuman, tanpa membangun kesadaran.

مُرُوا أولادَكم بالصلاةِ وهم أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، واضْرِبُوهُمْ عليها، وهم أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ في المَضَاجِعِ

“Ajari anak-anakmu shalat ketika usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka dalam urusan shalat ketika mereka berusia sepuluh tahun.”(HR. Abu Daud).

Sebuah produk yang bagus bisa gagal terjual dikarenakan perilaku sales yang tak simpatik, koersif (paksaan) bukan persuasif, penuh intimidasi bukan simpati, tak bertanggung jawab saat ada masalah, dan sebagainya. Sales tersebut akan merusak citra produk dan perusahaan. Beda halnya dengan sales yang informatif, simpatik, membuat calon pembeli merasa nyaman, siap membantu termasuk mau menerima komplain. Walaupun orang tak jadi membeli barang, tapi mereka bisa menjadikan produk yang ditawarkan sebagai pilihan. Selain itu, membawa citra baik terhadap perusahaan.

Pada saat anak-anak tampak tidak nyaman dalam ketaatan, lakukan introspeksi pada diri kita, jika hal itu terjadi, berarti kita adalah salesman dan SPG yang buruk di hadapan anak-anak. Orangtua yang selalu mengandalkan perintah dan marah-marah pastinya membuat anak tidak nyaman. Orangtua yang tak mau terima masukan dari anak akan membuat perasaan buah hati jadi tak enak. Atau orang tua yang jauh dari keteladanan, bisa menjadikan anak enggan jalankan aturan. Bagaimana bisa calon pembeli tertarik beli laptop merk A kalau salesnya justru kelihatan pakai laptop merk B.

Agama Islam bisa menjadi buruk di depan anak-anak kita ketika orangtua tampil sebagai sales yang buruk. Keindahan Islam jadi pudar. Seperti kata seorang ulama; “Al-Islamu mahjubun bil muslimin (Islam terhalangi oleh perilaku kaum muslimin).”

Agar orangtua menjadi sales yang sukses bagi anak, ada beberapa karakter sales yang bisa ditiru orang tua agar bisa merebut hati anak jadi tertarik pada Islam:

Pahami produk. Jadilah orangtua yang paham Islam, terutama yang setiap hari harus diamalkan seperti pengetahuan tentang shalat, shaum, akhlak, kewajiban menutup aurat, dan sebagainya.

Asah teknik presentasi. Asahlah kemampuan untuk menjelaskan agama Allah pada buah hati dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Beri penjelasan yang cerdas dan penuh empati, bukan menakut-nakuti.

Bangun kesepakatan yang juga sama-sama menguntungkan, tanpa melanggar aturan agama. 

Bangun kedekatan. Jadilah orangtua yang senantiasa akrab dengan anak agar dapat merebut hati mereka. Terima masukan dan pertanyaan dari mereka meski mungkin aneh dan lazim. Rasulullah SAW. mau mendengarkan dan menjawab pertanyaan orang Arab Badui meski seringkali aneh dan tak lazim. Anas bin Malik ra. mengatakan bahwa para sahabat merasa senang apabila ada Arab Badui yang cukup berakal datang dan bertanya pada Nabi (HR. Muslim).

Tidak gaptek. Dunia penjualan hari ini banyak manfaatkan kecanggihan teknologi informasi hingga berkembanglah digital marketing. Diantara ciri anak-anak milenial adalah akrab dengan gawai dan teknologi informasi. Mereka juga terbiasa dengan sosial media. Keadaan ini menuntut orangtua untuk ikut menguasai teknologi dan mengawasi penggunaannya.

Orang tua merupakan ‘sales’ agama Allah. Mereka menawarkan agama Allah dengan mengharap bonus pahala dari Allah SWT. Keberhasilan dan kegagalan penyampaian ditentukan oleh kehandalan mereka dalam menyampaikan agama Allah. Para orangtua yang smart dan simpatik akan menyukseskan tersampaikannya agama Allah pada anak. Jadilah sales-sales agama Allah yang terbaik untuk anak-anak kita, sehingga mereka berkomitmen menjadikan Islam sebagai jalan hidup mereka. Wallahu’alam. (AN)



Oleh: Achmad Nasrullah, S.Pd., M.Ak., CT.NNLP, CSTMI

(Dosen Al-Khairiyah, Konselor, dan Praktisi Pendidikan)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama