MENYIAPKAN GENERASI LITERAT MASA DEPAN

Oleh : Eli Halimah

“The youth today are the leader tomorrow”

Ungkapan di atas berarti pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Lalu, bagaimana kita
menyiapkan pemuda masa depan?

Salah satu cara menyiapkan pemuda masa depan adalah membekali mereka dengan
keterampilan literasi. Keterampilan ini amat dibutuhkan pada abad 21. Kemampuan ini akan
digunakan dan berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan manusia. Terlebih bagi seorang
pemimpin. Kemampuan literasi seorang pemimpin akan berpengaruh pada pengambilan
keputusan yang mereka lakukan. Pada akhirnya, kepuutusan itu diharapkan bermuara pada
kesejahteraan bagi orang-orang yang dipimpinnya.

Dalam rangka membekali calon pemimpin masa depan dengan keterampilan ini, sekolah
kami telah merancang dan melaksanakan beberapa kegiatan pembiasaan. Kegiatan ini kami
buat dalam tiga bentuk. Ada kegiatan yang berbasis membaca, berbicara, dan menulis.
Setiap Rabu pagi, dari pukul 07.00 hingga 07.30, seluruh siswa duduk di halaman sekolah.
Mereka diwajibkan untuk membaca buku yang sudah disediakan oleh pustakawan kami.

Buku itu akan mereka baca pada pekan berikutnya, sehingga mereka harus mengingat betul
judul buku tersebut. Untuk mengantisipasi kesalahan membaca pada pekan berikutnya,
pustakawan kami juga mencatat judul buku dan nama siswa yang membacanya.

Berikutnya, para siswa diharuskan membaca dua halaman. Setelah sepuluh menit, saya
memanggil beberapa siswa dari masing-masing kelas secara random. Siswa yang terpanggil
diminta untuk menyampaikan kesimpulan atas apa yang sudah dibacanya. Pada tahap ini
tidak semua siswa saya panggil karena kami hanya memiliki waktu sepuluh menit.

Setelah itu, siswa masuk pada kegiatan berikutnya yaitu menulis. Siswa yang telah diberi satu
buah buku oleh sekolah, diminta untuk membuat tulisan. Tema tulisan sudah saya rencanakan
untuk tiap pertemuan. Tidak perlu tema yang rumit dan sukar, hanya hal-hal yang kecil dan
mudah dicerna oleh mereka, seperti mengenalkan diri sendiri, bercerita tentang anggota
keluarga, perayaan 17 Agustus, makanan dan kegemaran, cita-cita, dan lain sebagainya.
Kegiatan menulis ini dilakukan dalam sepuluh menit terakhir.

Pada pekan pertama, hanya beberapa siswa yang mampu menulis hingga mencapai lima
puluh kata. Namun, pada pekan-pekan berikutnya terjadi peningkatan pada produktivitas kosa
kata mereka. Gaya kepenulisan pun sudah mulai membaik dan santai, tidak terlalu kaku.
Variasi penggunaan kata pun semakin meningkat. Semua peningkatan perbendaharaan kata
ini saya catat dalam buku khusus.

Di akhir kegiatan pembiasaan ini, saya mengumumkan dua kategori tulisan untuk masing-
masing jenjang kelas. Pertama tulisan dengan jumlah kata terbanyak dan kedua tulisan
dengan kategori menarik atau seru.

Pada mereka, saya berikan penghargaan. Bukan sesuatu yang mahal. Hanya untuk
memberikan apresiasi dan afirmasi atas semua usaha yang telah mereka lakukan. Hadiah
yang saya berikan terkadang berupa pulpen, roti, atau susu kotak yang bisa mereka gunakan
sebagai sarapan.

Antusiasme para siswa amat menggembirakan. Persaingan positif pun terjadi. Masing-masing
ingin menjadi versi terbaiknya di pekan itu. Tentu hanya beberapa saja yang akan mendapat
predikat tulisan terbanyak dan terseru.

Setiap pekan selalu ada siswa yang mampu menggeser temannya dalam dua kategori tulisan
tersebut. Hal ini menandakan bahwa kemampuan mereka dalam menulis sudah mulai merata.
Haruskah mereka bersaing? Pada tahap awal, biarlah mereka bersaing agar semangat menulis
semakin tersulut. Seiring jalannya waktu, saya berharap mereka menulis dengan ikhlas, tanpa
mengharap penghargaan apa pun dari orang lain.

Sungguh, itu semua pengalam yang amat seru dan menyenangkan. Bahkan beberapa dari
mereka sekarang berani mengirimkan tulisan pada saya. Saya amat terharu membaca semua
tulisan mereka. Semua tulisan itu saya file-kan dengan baik. Saya yakin, satu tahun ke depan,
beberapa siswa kami mampu menerbitkan buku solo mereka.

Semoga Allah selalu membimbing mereka agar mampu menulis untuk kebaikan. Juga
memberikan keteguhan hati pada saya untuk dapat memberikan jalan dan mempermudah
akses bagi mereka agar keterampilan literasi mereka makin meningkat dan semoga
bermanfaat bagi diri mereka khususnya dan orang lain umumnya.
Untuk anak-anak, teruslah berkarya lewat tulisan!


Bionarasi
Eli Halimah, S. Ag. M.Pd. Kepala Madrasah Aliyah Al-Khairiyah Tegalbuntu, Ciwandan,
Cilegon. Dari ketidakbakatannya menulis, lahirlah empat buku solo dan belasan buku
antologi. Bertekad akan tetap menulis hingga akhir hayat.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama